Powered By Blogger

Sabtu, 19 November 2011

sejarah dan perkembangan mikrobiologi

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros=kecil, bios=hidup dan logos=ilmu.

Teori abiogenesis dan biogenesis

Ada yang menduga bahwa jasad renik itu muncul akibat dekomposisi jaringan tumbuhan atau hewan yang mati. Dengan kata lain, mereka mengira bahwa makhuk hidup berasal dari bahan mati yang mengalami penghancuran, konsep ini dikenal sebagai abiogenesis (abio: tidak hidup, genesis: asal). Teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.

Pendukung teori abiogenesis:
1. Anthoni van leeuwenhoek (1632-1723)
 Berpendapat bahwa mikroorganisme berasal dari benda mati.
 Berdasarkan penemuan adanya jentik-jentik pada air hujan dan rendaman air jerami, sehingga berpendapat bahwa jentik-jentik itu berasal dari air.

2. John Needham (1713-1781)
 Tumbuhnya mikroorganisme pada air rebusan daging sehingga berpendapat bahwa mikroorganisme berasal dari air rebusan daging.
 Percobaannya
Dengan merebus daging, kemudian air kaldu disimpan dalam keadaan terbuka. Setelah beberapa hari terlihat air kaldu menjadi keruh karena adanya mikroorganisme.
Pembuktian ketidakbenaran teori abiogenesis
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang-orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain:

Francesco Redi (1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani (1729-1799), dan Louis Pasteur (1822-1895).
Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini akhirnya paham abiogenesis/generasi spontan menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

A. Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)


Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga stoples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:

dengan menggunakan beberapa stoples, yaitu:
Stoples I
 Diisi dengan daging kemudian ditutup rapat sehingga tidak berhubungan dengan udara.
 Setelah beberapa hari tidak ditemukan larva(benda hidup.

Stoples II
 Diisi dengan daging kemudian ditutup dengan kain kasa( dapat berhubungan dengan udara)
 Setelah beberapa hari tidak ditemukan larva(lalat tidak dapat masuk karena terhalang kain kasa)

Stoples III
 Diisi dengan daging dan dibiarkan terbuka sehingga dapat berhubungan dengan udara luar
 Setelah beberapa hari ditemukan larva, karena lalat dapat masuk.

 Kesimpulan:
Larva(suatu kehidupan) bukan berasal dari daging(benda mati), tetapi berasal dari lalat yang masuk dan bertelur pada daging.


B. Percobaan Lazzaro Spallanzani(1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan nya lebih sempurna.Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara kedalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.



C. Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang ada di udara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa waktu air kaldu menjadi keruh, karena adanya pembusukan oleh mikroorganisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidakbenaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis.
Teori ini menyatakan:
 Omne vivum ex ovo : setiap makhluk hidup berasal dari telur
 Omne ovum ex vivo : setiap telur berasal dari makhluk hidup
 Omne vivum ex vivo : setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.



 Perkembangan mikrobiologi
Mengenai perkembangan mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi maju dengan pesatnya karena hal-hal berikut:
1) Penemuan serta penyempurnaan mikroskop
2) Tumbangnya teori abiogenesis
3) Keyakinan orang-orang bahwa pembusukan disebabkan oleh bakteri
4) Bukti yang menunjukkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh bibit penyakit

si postulat Koch adalah:

• Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
• Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.
• Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat.
• Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut
Kelemahan: tidak semua bakteri dapat di lakukan biakan murni

Rabu, 16 November 2011

Jenis-jenis Ikatan Kimia

Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:

A. Ikatan antar atom:

1. Ikatan ion = heteropolar
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari kation dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya.
Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis. Selanjutnya elektron yang dilepaskan ini akan diterima oleh anion hingga mencapai jumlah oktet. Proses transfer elektron ini akan menghasilkan suatu ikatan ionik yang mempersatukan ion anion dan kation.


Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
a. Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar
b. Memiliki titik leleh yang tinggi
c. Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit

2. Ikatan kovalen = homopolar
Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.
Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari He (2ē valensi) untuk mencapai tingkat kestabilannya. Selain itu, elektron-elektron yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam menentukan bentuk dan geometri molekul.
Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1 pasangan elektron. Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari dua pasangan elektron, beitu juga dengan ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu terdapat juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi, delta, dan lain-lain.
Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non polar. Pada senyawa kovalen polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antara atom-atom penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa kovalen non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.

3. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar
Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:

1. Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas
2. Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.
4. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata.

B. Ikatan antar molekul

1. Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.

2. Ikatan van der walls
Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der Walls.

Senin, 14 November 2011

ANTARA CITA DAN KENANGAN

1000 hari lebih telah terjajaki
Ada banyak senyum tercipta
Diantara riangnya siang
Diantara gejolak remaja
Disini tempat berteduhnya para patriot muda
Tempat menuang segala cita
Seperti abu putih bajunga
Seperti merah putih semangatnya
Setelah lama merenda hari
Mengusung mimpi
Berat terasa kami lepaskan
Lihatlah sobat………..
Sang fajar tertunduk malu dan rumputpun menangis
Seakan tidak merelakan kita berpisah
Kita akan merindukan masa ini
Masa terindah dalam hidup
Semilir angin laut dengan hamparan karang
Enggan pergi hanya untuk menemani kita
Banyak kenangan antara kita
Kenangan itu tidak pernah berubah ataupun terlupakan
Ruang yang kosong telah membuat hati terasa hampa
Hanya ada masa lalu kita
Relakan perpisahan ini
Karena setiap pertemuan pasti ada perpisahan
Tetapi kami berharap kepada Tuhan
Agar ini tidak menjadi yang terakhir
Selamat tinggal cerita indah
Perpisahan bukanlah kehilangan
Hanya batas tipis antara kisah dan kenangan
Selamat berjuang kakakku
Kobarkan semangat kebenaran didadamu
Jalan panjang yang masih terbentang menanti
Pijakkan kaki kokohmu
Majulah menggapainya
Dan ingatlah….
hidup tidak hanya sampai di sini

Peningkatan Mutu Pendidikan

Aceh sebagai provinsi yang sedang mengalami perkembangan tentu banyak hambatan yang dihadapi, terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Problema yang muncul saat ini adalah ” Bagaimanakah Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan merupakan agenda penting melihat kondisi aceh seperti sekarang ini. Upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi problema tersebut, yaitu ketersediaan dana, kualitas guru, partisipasi orangtua dan masyarakat, kedisiplinan, kebersihan, manajemen, dan fasilitas.
Tersedianya dana yang memadai dapat menambah berbagai fasilitas seperti laboratorium bahasa, kimia, fisika, biologi, computer, perpustakaan yang lengkap, dan jaringan akses internet. Dengan demikian proses belajar mengajar menjadi lancar sehingga siswa Aceh tidak ketinggalan.
Untuk daerah pedalaman perlu dilakukan rehabilitasi gedung sekolah dan fasilitas yang memadai.
Di samping itu, peran guru berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Pemerintah Daerah harus membuat kebijakan dalam meningkatkan kualitas guru melalui pembinaan dan pelatihan. Rekrutmen guru-guru yang professional melalui seleksi nasional penting sebagai langkah pemetaan terhadap kompetensi guru. Hal ini juga merupakan upaya melihat sejauh mana persebaran guru-guru yang benar-benar kompeten di bidangnya.
Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru dapat diarahkan pada upaya rekrutmen guru professional, namun upaya tersebut terlalu berkesan terhadap kepentingan politis.
Setelah diperoleh guru-guru yang berkualitas, diperlukan kebijakan bagi persebarannya. Selama ini guru-guru berkualitas hanya tersebar di sekolah-sekolah favorit ( effective school ) di perkotaan. Hal ini yang menyebabkan kesenjangan kualitas pendidikan urban schools dengan rural schools.
Kesejahteraan guru juga merupakan hal utama. Banyak guru di provinsi Aceh bekerja sampingan sehingga mengganggu tugas utamanya. Hal ini dilakukan karena rendahnya gaji guru dibandingkan pegawai pemerintah dan karyawan perusahaan.
Partisipasi orangtua juga berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan dan perkemban anak, orangtua harus mendukung sepenuhnya cita-cita anak dan tidak memaksakan kehendak. Selain itu, orangtua jangan terlalu melepaskan tanggungjawab anaknya terhadap guru di sekolah sehingga jika terjadi sesuatu hal hanya guru yang disalahkan.
” discipline is a key of success”, sepertinya peribahasa tersebut tidak menjadikan kita sadar akan pentingnya kedisiplinan dan hal ini merupakan salah satu penghambat kemajuan pendidikan di provinsi Aceh.
Selain hal diatas, kebijakan perubahan kurikulum juga dapat menghambat kemajuan pendidikan. Sejak kurikulum 1994, menyusul KBK, dan KTSP yang kita anut sekarang, tidak ada perubahan berarti di dunia pendidikan. Sementara kebijakan pemerintah tentang penerapan UN sama sekali bukan strategi untuk meningkatkan mutu dan kualitas.kebijakan UN sesungguhnya telah mengaburkan hakikat pendidikan bermutu. Siswa tidak lagi berperan di dalam kehidupan masyarakat, melainkan didasarkan pada sejauh mana mereka mampu mensiasati sederetan soal dalam UN.
Pelaksanaan UN bukan untuk mengukur kemampuan dan menentukan kelulusan, tetapi lebih mendukung kepentingan kelulusan. Hasil UN dijadikan alat legitimasi pemerintah Aceh untuk mengklaim peningkatan mutu pendidikan dan sekaligus dijadikan alat peningkatan prestise. Prestise peningkatan kualitas pendidikan telah dipelesetkan maknanya untuk kepentingan politik pemerintah.

Rabu, 19 Oktober 2011

BAHAYA POLITIK IDENTITAS DALAM PENDIDDIKAN MULTICULTURAL

Selalu dikumandangkan bahwa kita hidup dalam keberagaman, hidup dalam situasi yang berbeda-beda namun tetap satu, seperti pemaknaan tulisan Bhineka Tunggal Ika yang dicengkeram oleh burung Garuda lambang negara kita. Apakah sebenarnya politik identitas dan keberagaman itu? Apa hubungannya dengan pluralisme?
Keberagaman (diversity atau plurality) berbeda dengan pluralisme, keragaman adalah pluralitas yang alami, mendasar dan sifatnya given, seperti misalnya adanya etnis Bali, Jawa, Madura, minang dll atau agama Hindu, Islam, Kristen, Katolik, Budha. Sedangkan pluralisme adalah proses pergumulan terhadap fakta pluralitas atau keragaman tersebut yang bertujuan menciptakan masyarakat bersama yang dibangun atas dasar pluralitas tersebut.
Menurut Piliang (2003), pluralisme adalah pandangan yang menghargai kemajemukan, penghormatan kepada yang lain yang berbeda, membuka diri terhadap beragam warna keyakinan, kerelaan untuk berbagi, keterbukaan untuk saling belajar, serta keterlibatan diri secara aktif di dalam dialog dalam rangka mencari persamaan-persamaan dan penyelesaian konflik-konflik.
Jadi, pluralisme adalah sebuah pergumulan intensif terhadap fakta keberagaman itu. Pluralisme adalah sebuah prestasi bersama dari kelompok agama dan budaya yang berlainan untuk menciptakan masyarakat madani.
Dari pemahaman di atas, Perbedaan adalah alami, Hidup dalam perbedaan atau keragaman memerlukan toleransi, namun pluralisme tidak sekadar toleransi, melainkan proses pencarian pemahaman secara aktif menembus batas-batas perbedaan. pluralisme membutuhkan saling memahami, membutuhkan dialog. Dialog berarti berbicara sekaligus mendengarkan, dan proses dialog itu harus mengungkapkan saling memahami fakta-fakta perbedaan dengan sikap hormat dan saling menghargai, tidak ada kalah-menang dalam dialog.
Pluralisme bukan berarti seseorang harus menanggalkan identitas keagamaan dan komitmennya terhadap agama tertentu, melainkan inti pluralisme adalah perjumpaan komitmen untuk membangun hubungan sinergis satu dengan yang lain.
Karena itu, fakta pluralitas tersebut baru bisa dipahami jika kita kelompok berbeda, etnis berbeda maupun umat beragama berbeda memiliki komitmen untuk berdialog yang merupakan roh pluralisme. Dalam hal ini pluralisme setingkat lebih tinggi daripada toleransi.
karena toleransi tidak dibutuhkan pengetahuan (knowledge) dan pemahaman atas yang lain, sementara pluralisme mensyaratkan keduanya.
Meskipun toleransi itu baik dan perlu dalam hubungan antar agama, namun tidak cukup kuat sebagai landasan dialog antar agama. Sebab, budaya toleransi itu masih rawan untuk disusupi maupun diprovokasi pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan agama dan politik.
Dalam era otonomi daerah sekarang ini, yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk membangun berdasarkan konteks lokal masing-masing, namun dalam perjalanannya kewenangan ini membuat para elite2 daerah untuk melakukan revitalisasi nilai-nilai adat budaya dan agama yang merambah ke ranah publik. Dalam situasi seperti ini, politik identitas berbasis kesukuan dan atau agama berpotensi merugikan atau mendiskriminasi kelompok lain.
Nah apa pula politik identitas itu? Menurut Cressida Heyes (dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2007) politik identitas adalah, tindakan politis untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan. Menguatnya Politik identitas ini dapat kita lihat contoh-contohnya di banyak daerah, yaitu adanya gerakan-gerakan serba kedaerahan, keagamaan, kesukuan, sampai gerakan cara berpakaian yang melambangkan kedaerahan dan keagamaan tertentu seperti misalnya salah satu contoh adalah himbauan berpakaian adat Bali pada hari kerja tertentu, atau sejak otonomi daerah adanya aturan jilbab pada semua sekolah di daerah tertentu. kehadiran dan menguatnya politik identitas sengaja dijalankan kelompok masyarakat yang mengalami marginalisasi. Hak-hak politik serta kebebasan untuk berkeyakinan mereka selama ini dirasakan mendapatkan hambatan yang sangat signifikan.
Penguatan-penguatan politik identitas yang tidak dilandasi semangat pluralisme dapat membuat konflik2 antar etnis dan budaya, konflik antar kelompok berbeda agama dan kepercayaan, bahkan banyak konflik dapat terjadi hanya karena tapal batas desa, kuburan maupun hanya karena tidak adanya toleransi dan pemahaman atas kebiasaan dan cara berpakaian pada etnis, suku maupun agama tertentu.
Kini sudah 64 tahun kita bersepakat hidup bersama dalam kerangka NKRI berdasarkan Pancasila dan menganut philosofi Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Namun sejak otonomi daerah, meski tidak jelas terlihat, dapat kita rasakan menguatnya politik identitas kearah negatif dalam keberagaman kehidupan kita. Hal ini dapat mengancam toleransi dan semangat pluralisme yang telah kita bangun bersama sejak kita merdeka. Oleh karena itu tanpa mengabaikan semangat otonomi daerah, semangat pluralisme sangatlah penting untuk selalu dikumandangkan, dilaksanakan dan dipelihara demi kelangsungan NKRI yang telah kita sepakati bersama.
Dari mana memulainya? Bisa dimulai dari unit negara yang terkecil, yaitu keluarga, terutama ayah ibu, seorang ibu dan seorang ayah dapat menanamkan sejak dini nilai-nilai kesetaraan dalam perbedaan, ajarkanlah putra putri kita untuk menghargai agama lain, suku lain, adat dan kebiasaan orang lain. Sehingga nilai-nilai menghargai keberagaman dapat terbawa sampai anak-anak dewasa, dan bila semua orang tua dapat berperan maka niscaya upaya-upaya penyeragaman kepada bangsa Indonesia kini, tidak akan terjadi lagi. Tidak akan ada dominasi mayoritas ataupun tirani minoritas. Marilah merawat generasi penerus untuk menjaga semangat pluralisme sehingga kita dapat hidup setara dalam keberagaman.
Kebebasan demokrasi yang cenderung kebablasan amat membahayakan. Selain korban jiwa, keutuhan bangsa dan negara pun jadi taruhan. Apalagi potensi konflik di negeri kita amat pelik. Celakanya, ihwal perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya, agama, kepercayaan, ras, ideologi, atau golongan tidak dihadapi sebagai alasan utama guna membangun Indonesia yang adil dan sejahtera.

Politik identitas malah dijadikan dagangan. Isu presiden dari Jawa versus luar Jawa, partai nasionalis vs religius, penghadangan calon perseorangan, atau pengharaman golput pun merupakan isu politik yang terus diulik para elite. Dibukanya sayap keagamaan dan kebangsaan di beberapa partai, belum cukup kuat untuk meredam anak bangsa berbenam dalam perpecahan.
Politik identitas memang ancaman menakutkan saban pemilu dilaksanakan. Padahal Pemilu 2009 merupakan ujian sukses-tidaknya demokrasi sebagai salah satu cara guna mengelola negara. Oleh karena itu, Pemilu 2009 mesti berjalan dengan baik dan benar untuk kepentingan semua pihak.

Sayangnya, cita-cita mewujudkan bangsa dan negara yang lebih baik habis terkikis oleh kepentingan pribadi dan golongan. Bahkan, pasca-Keputusan MK tentang suara terbanyak untuk caleg terpilih, makin menandaskan kepentingan pribadi di atas segala-galanya. Persaingan bukan melulu antarcaleg berbeda partai, antarcaleg di partai yang sama pun potensi perpecahannya makin menganga.

Maka, impian merengkuh kursi legislatif dilakukan dengan pelbagai cara. Akhirnya, strategi politik yang penuh intrik dan cenderung licik dipraktikkan. Biarkan yang lain meradang, yang penting diriku menang. Begitulah mantranya.

Yang namanya kontes, tentu ada yang kalah dan ada yang menang. Karena proses awalnya salah kaprah, hasilnya pun sulit diharapkan. Yang menang membusungkan dada, yang kalah berujung memendam dendam berkepanjangan. Terjadilah tarik-menarik kepentingan dan pergolakan atau kerusuhan sosial tak terelakkan.

Di sinilah Panwaslu-Bawaslu, KPU, MK, serta para penegak konstitusi dan hukum lainnya, dituntut keberanian dan ketegasannya dalam melaksanakan beragam aturan. Para penyelenggara demokrasi tersebut harus jadi wasit yang adil dalam menghadapi para caleg dan partai yang keluar dari rel.

Unsur lain yang bisa memberantas politik identitas adalah para pemuka agama dan masyarakat. Sebab, masyarakat Indonesia lebih patuh pada kiai sepuh ketimbang tunduk kepada aparat pemerintah.

Suku-suku bangsa di nusantara lainnya pun nyaris serupa. Raja, kepala suku, datuk, sesepuh atau tetua, ucap dan tindakannya selalu jadi rujukan. Bahkan rakyat cenderung taklid. Sebab, dalam keyakinan masyarakat tradisional sabda pemimpin merupakan kepanjangan tangan dari titah Tuhan.

Ironisnya, para pemuka masyarakat pun tak lepas dari belenggu intrik para elite. Mereka memanfaatkan tokoh berpengaruh untuk memuluskan ambisi pribadinya.

Setegas dan semahir apa pun para penegak hukum dan konstitusi dalam melaksanakan perannya, secerdik dan selicik apa pun para elite dalam mengelabui para pemuka masyarakat dan agama, tak akan berpengaruh jika masyarakat kita cermat dan cerdas dalam memilih.

Pertanyaannya, sudah secerdas apa rakyat Indonesia dalam menghadapi hajat politik 2009? Masalah kecerdasan, jangankan masyarakat awam, para pelaku politik (caleg) sekalipun, masih terlihat kekanak-kanakan. Terbuki, mereka masih melakukan politik uang, politik diskriminasi, kampanye hitam, mencari kambing hitam, juga menjadikan isu kedaerahan dan kebangsaan sebagai bagian dari memenangi perlombaan.
ndonesia merupakan salah satu negara multikulturalis terbesar di dunia, realitas tersebut didukung oleh data sebagai berikut: (a) merupakan negara yang mempunyai ±13.000 pulau; (b) jumlah penduduknya lebih dari 200 juta; (c) mempunyai ± 656 suku bangsa; (d) memiliki lebih dari 360 dialek bahasa lokal; dan (e) beragam Agama atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Soebadio, H., 1983; Yaqin, A.M. 2005). Kondisi kehidupan masyarakat yang multikultural tersebut secara makro dapat menjadi faktor pendorong atau penghambat proses pembangunan nasional dalam berbagai bidang (Koentjaraningrat, 1982; Ihromi, T.O., 1984). dan secara mikro, khususnya dalam proses pembelajaran di kelas akan dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran. Oleh karena itu setiap proses pembelajaran budaya (sosialisasi, internalisasi, dan enkulturasi) di setiap lembaga pendidikan seharusnya menerapkan konsep pendidikan multikultural dalam PBM di kelas, agar nilai-nilai dasar kehidupan berbangsa yang ada dalam Pancasila dan UUD 1945 terbumikan dalam proses kehidupan sehari-hari menuju masyarakat yang integratif. Ada dua permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam karya tulis ini, yaitu: Apakah makna pendidikan multikultural?; dan Mengapa pendidikan multikultural merupakan suatu keharusan dalam proses belajar mengajar di kelas?.
Makna pendidikan multikultural
Makna pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan beragam perbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan: etnis, agama, ras, gender, kelas sosial, kemampuan, usia, agar proses pembelajaran di kelas menjadi efektif dan mudah (Tilaar.H.A.R. 2004; Yaqin, A.M. 2005). Sedangkan hakikat tujuan pendidikan multikultural adalah untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap ‘demokratis, humanis dan pluralis’ dalam proses sosial di lingkungan mereka sepanjang usia hidupnya. Realitas sosio-budaya masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia adalah sangat majemuk atau pluralis, oleh karena itu keberagaman tersebut seharusnya menjadi faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan dalam penentuan: filsafat, teori, visi, pengembangan pendidikan, sosialisasi kurikulum, pelaksanaan kurikulum sampai proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru di kelas atau di luar kelas.
Pendidikan multikultural merupakan sebuah keniscayaan
Beberapa konsep dasar yang menjadi alasan bahwa pendidikan mutikultural merupakan suatu keniscayaan (keharusan objektif) dalam PBM di kelas adalah: Pertama, keberagaman budaya tersebut dapat menjadi suatu variabel bebas yang memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum baik sebagai proses maupun hasil pembelajaran (Yaqin, A.M. 2005). Oleh karena itu, kondisi multikultural tersebut seharusnya menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori, visi pendidikan dan kurikulum serta proses pembelajaran setiap mata pelajaran di kelas. Realitas sejarah membuktikan, bahwa setiap proses pemberdayaan manusia dalam kehidupan kelompok (masyarakat atau bangsa) yang tidak memperhatikan kondisi objektif multikulturalis para anggota kelompok, adalah menjadi pemicu atau penyebab terjadinya konflik demi konflik sehingga tujuan kelompok tidak bisa tercapai dengan baik (Masoed, M. (ed). 1999; Sutrisno, L. 2003; Nugroho, F, (ed), 2004). Oleh karena itu ketika seorang guru mampu memberdayakan kondisi objektif multikulturalis siswa di kelas dengan baik, maka pembelajaran akan berlangsung efektif dan proses pencapaian tujuan pembelajaran relatif mudah dicapai.
Kedua, hakikat hidup selalu tampil dalam keberagaman (multikultural), oleh karena itu membangun sikap mental telerir, kooperatif dan memahami realitas kehidupan yang pluralis adalah sangat penting untuk meminimalkan terjadinya konflik dan disintegrasi kelompok. Ketika anak bangsa tidak mampu membangun sikap multikulturalisme, maka potret kehidupan kelompok akan diwarnai sikap saling memaksakan ambition dan interest-nya (Liliweri, A., 2005). Oleh karena itu seorang pendidik harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural, yaitu demokrasi; humanisme; dan pluralisme, baik memalui pendekatan teoritik (konsep-konsep ilmiah) yang terintegral pada mata pelajaran yang diampu, maupun melalui pendekatan praktik (keteladanan) sehari-hari di sekolah. Peran guru dalam hal membentuk karakter siswa dalam hal sense multicultural adalah sangat sentral (Usman, M.U., 2000). Ketika nilai-nilai multikultural (demokrasi, humanisme, pluralisme) terinternalisasi (terlembagakan atau telah mempola) pada diri anak, maka anak tersebut akan mudah melakukan perubahan perilaku positif, inovatif, dinamik dan tolerir, dan ‘sejatinya inilah inti atau misi pendidikan atau pembelajaran’.
Ketiga, teori belajar yang digunakan dalam pendekatan pendidikan multikultural masa depan, tidak boleh hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang bersifat individualistik dan menempatkan siswa dalam suatu kondisi value free, tetapi harus pula didasarkan pada teori belajar yang menempatkan siswa sebagai makhluk sosial-budaya dan politik yang dinamik, inovatif yang berkepribadian unggul yang mengakar pada nilai-nilai agama dan budaya bangsa yang majemuk. Oleh karena itu guru mempunyai peran sentral dalam membentuk karakter siswa dalam menanamkan nilai-nilai dan sikap tindakan anti diskriminasi ras, etnik, agama, gender, kemampuan dan kelompok dalam bentuk apapun di lingkungannya (Warnaen, S. 2002; Tilaar.H.A.R. 2004). Kehidupan modern dewasa ini menghadirkan suatu pola hidup kompetitor disegala aspek dengan gerak perubahan yang begitu cepat (Green, A. W. 1972), hal ini dibutuhkan sikap mental anak bangsa yang unggul, inovatif, tolerir, demokratis dan humanis. Hanya melalui pintu pendidikan dan pembelajaran yang dirancang dengan baik akan menghasilkan sikap mental anak bangsa yang multikultural.
Keempat, Tantangan kehidupan di era transformasi informasi teknologi (IT) dan era globalisasi sekarang ini menuntut terbentuknya sikap mental anak bangsa yang mampu membangun sikap: leader principle, vition principle, dan well organice principle, agar mampu bersaing dalam berbagai bidang kehidupan baik pada ranah lokal maupun global (Suryadinata, L., dkk. 2003). Dalam hal ini guru mempunyai kedudukan sangat strategis dalam membangun ketiga prinsip tersebut melalui proses pembelajaran pendidikan multikultural yang terintegral pada setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran hakikatnya dapat dikembangkan dengan cara memasukkan konsep multikultural.
Beberapa langkah strategis yang bisa ditempuh guru dalam menerapkan pendidikan multikultural dalam PBM di kelas antara lain: (1) setiap guru seharusnya mempunyai sikap pemahaman dan wawasan yang komprehensif tentang sikap anti diskriminasi dalam berbagai aspek di sekolah; (2) setiap guru harus mempunyai sensivitas yang kuat terhadap gejala-gejala terjadinya diskriminasi multi aspek sekecil apapun bentuknya yang terjadi di kelas. Ketika gejala diskriminasi: ras, suku, gender, kemampuan dan sebagainya muncul, maka guru segera menambil tindakan strategis-edukatif; (3) setiap guru harus menjadi contoh secara langsung melalui sikap dan tingkah laku tentang penerapan demokratisasi, humanisasi dan pluralisasi selama proses pembelajaran di kelas; (4) setiap guru mengagendakan secara periodik setiap semester untuk memberikan tugas individu pada siswa tentang ’tema pentingnya wawasan multikulturalisme’ dalam kehidupan masyarakat Indonesia; (5) setiap guru selama proses pembelajaran menyisipkan satu atau dua permasalahan (problem) untuk dijawab peserta didik yang berkaitan dengan nilai-nilai multikultural; dan (6) setiap guru mendorong pada lembaga (tempat mengajar) untuk secara periodik mengadakan dialog tentang multikultural atau kajian-kajian multikulturalisme.
Sedangkan yang berkaitan dengan aspek pengembangan KTSP masa depan yang berdasarkan pendekatan multikultural dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: Pertama, filosofi kurikulum harus diorientasikan kepada filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap jenjang pendidikan dan layanan unit satuan pendidikan. Arah filosofi kurikulum hendaknya mengembangkan aspek pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan humanis, demokratis dan pluralis peserta didik, baik sebagai individu maupun warga bangsa; Kedua, teori kurikulum tentang konten (curriculum content) haruslah berubah dari teori yang mengartikan konten sebagai aspek substantif yang berisikan fakta, teori, generalisasi kepada pengertian yang mencakup pula ‘nilai, moral, prosedur, proses, dan keterampilan’ yang harus dimiliki peserta didik di era globalisasi; Ketiga, pendekatan pembelajaran di kelas masa depan harus memperhatikan keragaman (multikultural) kemampuan, sosial, budaya, dan ekonomi peserta didik dan tidak boleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang bersifat individualistik dan menempatkan siswa dalam suatu kondisi value free, tetapi harus pula didasarkan pada teori belajar yang menempatkan siswa sebagai makhluk sosial, budaya, politik, hidup aktif-kreatif, dan kooperatif dalam pluralitas masyarakat Indonesia dan dunia; dan Keempat; evaluasi yang digunakan haruslah meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan. Alat evaluasi yang digunakan haruslah beragam dan integral (menyangkut: performance; afektif; paper and pencil test; portofolio; dan self assessment) sesuai dengan sifat tujuan dan informasi yang ingin dikumpulkan (BSNP, 2006).
Kesimpulan
Uraian deskriptif analitis tersebut di atas, memberikan pemahaman mendasar tentang pentingnya pendidikan multkultural yang terintegrasi dalam pembelajaran setiap mata pelajaran di kelas. Urgensi pendidikan multikultural bagi siswa tersebut dapat dilihat dari aspek: Realitas objektif peserta didik yang sangat pluralis; Kondisi objektif kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk; dan Tuntutan kehidupan ke depan di era globalisasi yang menuntut sikap mental dinamik, inovatif, demokratis dan humanis di tengah keberagaman budaya dunia. Sosok kehadiran guru di kelas yang berposisi stategis dalam pembelajaran dituntut mempunyai kemampuan profesional dalam pemberdayaan keberagaman peserta didik tersebut menuju keunggulan hasil pendidikan, dan ketika guru mampu berperan dalam mewarnai sikap mental demokratis, humanis dan pluralis pada setiap anak didik, maka guru tersebut betul-betul ‘pahlawan tanpa jasa’. Insya Allah!.

Rabu, 18 Mei 2011

Nosy stranger (OTK yang ingin tahu)

suatu siang yang sangat terik, di tepi jalan Medan-B.Aceh, ada seorang wanita muda nan sangat cantik bernama Bella sedang menunggu bus. Tiba-tiba datang seorang lelaki menghampirinya, tanpa basa-basi dan dengan nada sok akrab Laki-laki itu langsung menyapanya.
”Halo, siapa nama anda? ” tanya lelaki itu.
”Saya Bella”, jawab Bella diiringi dengan senyum pepsodentnya yang manis.
”Ooo…Bella apa?”
”Bella Agustina Miranda Putri”, jawab Bella datar.
”Siapa nama ayah anda?”
”Wahid Maman Sudirman”
”Jadi nama anda Bella Agustina Miranda Putri binti Wahid Maman Sudirman. Benarkan???”
”Iya”, jawab Bella sedikit jengkel.
”….lalu siapa nama Ibu anda…. Kakak anda…. adik anda…. Nenek anda…. Bibi anda….. tetangga anda….”
“Bisakah anda berhenti menanyakan tentang keluarga saya?”,Bella mulai merasa jengkel.
”oh, tentu. Ngomong-ngomong anda berasal dari mana?”
”Saya dari Pulau Belitong”
”Belitong? Itu daerah mana ya? Kok saya tidak pernah dengar?”
Bella tidak menjawab. Dia hanya menoleh kekiri untuk memastikan apakah ada bus yang lewat. Bella mulai merasa gelisah karena belum ada satu bus pun yang lewat.
”kenapa anda kelihatan gelisah? Memangnya anda mau kemana? Naik apa?”
”Ke kantor. Naik bus.”jawab Bella seadanya.
”Anda bekerja di kantor apa?”
”Di kantor Asuransi”
”Anda bekerja sebagai apa?”
”Manager”
”Berapa gaji anda?”
Bella merasakan mual di perutnya. Ia semakin jengkel pada lelaki itu. Matahari semakin terik. Keringat terus bercucuran dari keningnya. Tapi lelaki itu tidak bisa membaca raut wajah Bella. Lelaki itu terus menodongnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermutu.
”Berapa umur anda?”
”Apakah anda sudah menikah?”
”Belum”, jawab Bella sekenanya. Ia kelelahan dan stress,apalagi cuaca sangat panas membakar kulit sehingga pertanyaan lelaki itu bagaikan tetesan air yang terus menerus menghujam batu karang kesabaran Bella. Batu karang itu retak, beberapa tetes air lagi yang jatuh maka batu karang itu akan terbelah.
”Mengapa belum? Masih menunggu waktu ya? Atau belum ada calon?”
Darah Bella mendidih. Ia mencapai puncak emosi. Akhirnya batu karang kesabarannya terbelah. Dia meledak.
“Diiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmmmm” Bella berteriak sekuat tenaga membentak lelaki itu. Lelaki itu dan beberapa orang di dekat mereka sangat terkejut.
”Saya sudah muak, Pak!! Muak!! Muak!! Muak…. Dengan pertanyaan-pertanyaan anda yang tidak bermutu itu!!”
Tiba-tiba sebuah bus berhenti di depan mereka. Bella langsung naik lewat pintu belakang. Bus pergi, Bella berlalu.
Lelaki itu berdiri mematung, pucat pasi. Lututnya lemas, bibirnya bergetar. Ia seakan tak percaya Bella tega membentaknya sekeras itu. Ia tak percaya kata-kata kasar itu keluar dari mulut wanita secantik Bella. Tiba-tiba langit mendung dan hujanpun turun dengan derasnya,sementara lelaki itu tetap berdiri mematung seolah seluruh saraf di tubuhnya tidak lagi berfungsi.

The First Trip Abroad

One day, Pak Bejo dan Bu Bejo menempuh perjalanan perdananya ke Dubai. Setelah 30 tahun menjalani biduk rumah tangga, akhirnya pasangan ini mendapatkan durian runtuh untuk holiday atau lebih tepatnya lagi honey moon selama 1 bulan menjelajahi bumi para Nabi. Sepuluh jam menempuh perjalanan yang cukup melelahkan sekaligus menegangkan, maklum first experience gitu lo! Seharusnya perjalanan ke Dubai hanya membutuhkan waktu selama 8 jam, tapi suatu peristiwa besar menghalangi perjalanan bersejarah ini. Penasaran?!! Tepat pada ketinggian 989 kaki di atas puncak Mount Everest sebuah accident terjadi, sungguh accident yang sangat menegangkan. Begini ceritanya! Saat semua penumpang sedang asyik menikmati perjalanan bersama awan putih yang turut menghiasi indahnya dunia hari itu, tiba-tiba sebuah benturan besar terjadi dan cukup mengagetkan. Tragedi berlanjut dengan keributan, penumpang penasaran dan semua bertanya-tanya dalam hati,”Apa gerangan yang terjadi di luar sana?”. Hari itu, dunia kembali mencatat sejarah baru lewat peristiwa menakjubkan, ternyata perjalanan terhalang oleh kemacetan akibat sekelompok burung Gagak yang hendak menyeberang untuk bertransmigrasi ke bagian selatan pulau Sumatra. Selain itu, sekelompok burung lain sedang berdemonstrasi di depan gedung DPB (Dewan Permusyawaratan Burung) menuntut harga bahan makanan pokok diturunkan! Diturunkan! Diturunkan!
Setelah sepuluh jam berlalu, akhirnya pesawat landing di bandara Internasional Dubai tepat pukul 14.00 waktu setempat. Pak Bejo dan Bu Bejo terkesima melihat bandara semewah itu. “ Aku baru tahu tho ada tempat begini, Keraton Jogja ndak ada apa-apanya sama yang beginian!”, kagum Pak Bejo berbalut logat Jawanya. “piye tho bapak iki, jangan malu-maluin aku lo yo!”, sahut sang istri. Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati kemewahan bandara Dubai bersama makanan lezat khas Eropa, tiba-tiba, “waaaddduhh!! Perut ku sakit sekali, aku udah ndak tahan!”, ucap Pak Bejo. “ sampean iki napa tho,Pak? Bok ya jangan aneh-aneh!”, respon Bu Bejo. “perut sakit sekali,Bu! Tolong aku mau buang air Bu!”,sambung Pak Bejo. “ Ya sudah. Nyok!”, kata Bu bejo.
Setelah menemukan toilet, Pak Bejo langsung masuk karena panggilan alam yang tak tertahankan. Sementara Bu Bejo menunggu dengan setia di luar. Sesampai di dalam toilet, Pak bejo dibuat bingung dengan apa yang ada di hadapannya, tak pernah ia temukan sebelumnya. Ya, bentuk WC yang tinggi dan modern, begitu asing bagi seorang penduduk pendalaman pulau Jawa ini. “piye tho ini, nopo tinggi kali yo? Bikin ruwet orang tua aja!”, komentar Pak Bejo terhadap barang asing yang baru saja dilihatnya.
Sejurus ia melupakan masalah itu dan segera bersiap memenuhi panggilan alam tersebut. Seketika ia bingung, karena tak ada sangkutan untuk menyangkut celananya. “Lho, aku taruh dimana tho celanaku iki, ternyata bandara iki ndak ada apa-apanya dibandingkan kamar mandi di rumah, sangkutan celana saja ndak punya tho!”, gumamnya lagi. “Untung saja aku pintar, lebih baik aku taruh nagkene saja celanaku”, katanya tegas. Satu masalah lagi telah terselesaikan, namun apakah semua akan berakhir sampai di sini saja? Tentu saja tidak!
Ada rasa lega dan puas terasa menyelimuti tubuhnya, keringat dingin pun mengalir, rasanya seperti baru saja melepaskan batu seberat 5000 ton di atas pundak. Panggilan alam yang sedang dipenuhi, seolah menyelamatkannya dari himpitan bumi. Walaupun demikian, mulutnya tak henti-hentinya melepaskan nada-nada bising menghujat makanan Eropa yang begitu menyusahkannya. Ya beginilah kawan, ketika praktik tak berfondasi pada teori yang setingkat atau GAPTEK (gagap teknologi). Hanya kata-kata tak bermoral menjadi pilihan mereka beralibi atas kekonyolannya.
Tiba-tiba kenikmatan pun harus berubah menjadi petaka. Ternyata, WC modern ini memang menyusahkannya bahkan lebih dari itu. Ketika sedang asyiknya memenuhi panggilan alam, GUBRRAAKK!......! Pak Bejo terjatuh dan tergeletak di lantai. Sejurus, dunia terasa berputar begitu cepat dan tak bersahabat lagi dengan tubuh berusia hampir setengah abad itu.
Sementara di luar sana, Bu Bejo sudah menunggu 1 jam lamanya, kesetiaannya pun pecah berubah menjadi amarah yang tak terelakkan. “ Si bapak iki kemana tho? Lama sekali. Mau aku bunuh apa dia?”, katanya penuh amarah. Segera ia langkahkan kaki menuju toilet untuk mencari Pak Bejo. Setelah menemukan toiletnya,Bu Bejo mencoba untuk mengintip dari bawah. Seketika amarah yang tadinya begitu membara berubah menjadi panic yang menggebu, menyesakkan dadanya. Ia melihat Pak bejo tergeletak di lantai. Di antara kepanikan yang tiada tara Bu Bejo berusaha mencari pertolongan dan berteriak sekuatnya berharap bantuan segera datang. “helep!helep!helep!”, teriaknya panik.(beginilah kawan inggris pedalaman).
Usaha Bu Bejo tak sia-sia, bantuan segera tiba. Pak Bejo pun diangkut dengan tandu dan di bawa ke pos kesehatan terdekat untuk memproleh pengobatan. Sementara Bu Bejo menangis sedih berbalut kecewa karena liburannya hancur berantakan.
Demikianlah pengalaman pertama ke luar negeri yang sia-sia hanya karena satu hal, ya malas. Malas menuntut dan mengimbangi ilmu sesuai peradaban zaman yang kian modern.