Powered By Blogger

Sabtu, 13 Juli 2013

Hatimu milikku
Pernahkah engkau hargai Cintaku yang sejati
Pernahkah engkau mengerti Akan diriku ini
 Betapa hebatnya cintamu
Memberiku sejuta pilu
Betapa agungnya asmaramu
Membuatku terpaku
 Di sisimu aku terdiam seribu bahasa
Di hatiku bergetar sejuta rasa
Namun sukar untuk aku meluahkan ku cinta padamu
Nafasku terhenti bila melihat dirimu
Terasa batas degupan jantungku
 Mungkinkah hatimu milikku jua ku sayang padamu
 Kan kuabadikan dikau
Suatu kenangan yang manis
 Yang tak mungkin aku lupa Untuk selamanya
 Kan kucoretkan kenanganmu
Dalam sanubariku ini
 Dapat jadi yang terindah
 Di dalam hidupku ini
 Bagai bahtera yang dilanda badai
 Gelora cintamu mengoncang jiwaku
 Berombak mencari
 Daratan yang damai Ohhh cintaku

Rabu, 02 Januari 2013

Teknologi Informasi dan Komunikasi berkembang dengan sangat pesat hingga saat ini. Jarak dan waktu seakan tidak lagi menjadi halangan dalam berkomunikasi, berbagai sarana dan aplikasi teknologi informasi tercipta untuk memfasilitasinya. Orang yang berada di pulau yang berbeda bahkan negara yang berbeda kini sudah mampu melakukan komunikasi bahkan mampu ditampilkan secara visual. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berlangsung sangat cepat telah mendorong berbagai institusi, perusahaan/badan usaha, dan individu serta komunitas untuk melakukan hal-hal yang baru di segala aspek sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien dan efektif. Suatu budaya baru saat ini yang sedang marak bagi masyarakat di provinsi aceh adalah banyaknya disediakan wifi gratis oleh berbagai pihak,. Berbagai informasi yang sedang dan akan terjadi dapat dengan mudah dan cepat di akses menggunakan jaringan wifi tersebut. Warung kopi adalah salah satu tempat umum yang menyediakan jaringan wifi gratis. tak heran bila warung kopi sudah menjadi”rumah kedua” bagi masyarakat kota banda aceh. Warung kopi bagi masyarakat di aceh merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar melepas lelah, maupun tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin, namun fenomena kebiasaan masyarakat aceh yang sering berada di warung kopi menimbulkan polemik-polemik dari orang yang berasal dari luar daerah,mereka mempertanyakan “ malaskah orang aceh?”pertanyaan itu penting untuk di jawab, melihat bahwa komunikasi di warung kopi merupakan sebuah dinamika yang mengidentifikasikan bahwa disana telah terbentuk berbagai wacana peradaban aceh yang belum jelas arahnya kemana. Namun demikian, saya meyakini bahwa rutinitas keseharian masyarakat Aceh yang banyak dihabiskan di warung kopi pada dasarnya merupakan sebuah energi positif yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Banyak teman saya yang mengakui bahwa mereka ‘banyak sekali’ mendapatkan inspirasi, ide maupun gagasan-gagasan berawal dari diskusi ringan di warung kopi.

Jumat, 25 Mei 2012

efek diuretik pada mencit

TUJUAN Mengetahui efek diuretik pada hewan uji mencit menggunakan furosemid
 TINJAUAN PUSTAKA
 1. Pengertian diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian: 1. menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi. 2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. 2. Mekanisme kerja diuretic Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik : 1. tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. 2. status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. 3. interaksi antara obat dengan reseptor. Diuretik dapat dibagi menjadi 6 golongan yaitu : 1. Diuretik osmotik Tempat Dan Cara Kerja : Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas daerah medula menurun. Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain. diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid. 2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorbsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid. 3. Diuretik golongan tiazid Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. 4. Diuretik hemat kalium Tempat Dan Cara Kerja Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis aldosteron. triamterenc. amilorid. 5. Diuretik kuat Tempat Dan Cara Kerja Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid. 6. Xantin Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya pada fungsi jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glumerolus. Namun semua derivat xantin ini rupanya juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada perubahan urin. Efek diuresis ini hanya sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam-basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase. Diantara kelompok xantin, theofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. 4. Penggunaan klinik diuretik. Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Diuretik golongan tiazid, :  Digunakan pada payah jantung kronik kongestif, bila fungsi ginjal normal  digunakan pada penderita batu ginjal  disertai dengan diet rendah garam digunakan pada penderita diabetes insipid. Diuretik kuat biasanya (furosemid) :  terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.  udem paru akut.  digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera.  diberikan bersama infus NaCl hipertonis pada penderita hiperklasemia Diuretik osmotik :  pada penderita udem otak  Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah pada penderita acute angle closure glaucoma. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia. Biasanya digunakan diuretik golongan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton untuk penderita sindrom nefrotik. 5. Farmakokinetik Farmakokinetik adalah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Proses sejak obat diberikan sampai timbulnya efek terapeutik disebut proses farmakokinetik. FUROSEMIDE Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® ) Indikasi: edema pada jantung, hipertensi Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat. Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infuse. Furosemide atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat masih tergolong derivate sulfonamide. Obat ini merupakan salah satu obat standar untuk pengobatan gagal jantung dan edema paru. Farmakokinetik : Furosemide termasuk golongan diuretik kuat yang mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda. Bioavailabilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid hampir 100%. Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali di sekresi melalui sistem transport asam organik di tubuli proksimal. EFEK SAMPING Gangguan cairan dan elektrolit. Sebagian efek samping berkaitan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, antara lain hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia. Ototoksisitas : Asam atakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini merupakan efek samping yang serius. Pemerian: Serbuk hablur;putih atau hampir putih; tidak berbau; hamper tidak berasa Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P, larut dalam 75 bagian etanol(95%) P dan dalam 850 bagian eter P; larut dalam alkali hidroksida. 6. CARA PEMBERIAN 1. peroral Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat (misalnya: alkohol dan aspirin) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorbsi sebagian besar melalui usus halus. Absorbsi obat melalui usus halus, pengukuran yang dilakukan terhadap absorbsi obat baik secara in vivo maupun secara in vitro, menunjukan bahwa mekanisme dasar absorbsi obat melalui usus halus ini adalah secara transfer pasif dimana kecepatan obat ditentukan oleh derajat ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut. Pemberian obat peroral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorbsi di saluran cerna). Selain itu, efek yang timbul dari pemberian obat ini relatif lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika obat berasa pahit. 1. Intraperitoneal (i.p) Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat karena rongga peritoneum mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini banyak digunakan di laboratorium pada hewan uji, tetapi tidak digunakan pada manusia karena bisa berbahaya. 7. PEMBAHASAN 1. Perhitungan dosis Dosis furosemide 80 mg dalam 25 ml Perhitungan dosis Furosemid: Dosis untuk manusia : 80 mg Dosis untuk mencit : 80 mg X 0.0026 = 0.208mg/20g BB BBM = 30 g = 30 g/20 g X 0.208mg = 0.312 mg Volume penyuntikan = 0.312 mg/80 mg X 25 ml = 0.098 ml Volume pengambilan = 0.098 ml/0.01 ml = 9,8 ̴ 10 skala Air hangat yang digunakan : 1ml/25 gBB = 30 g/25g X 1ml = 1.2 ml Volume pengambilan : 1.2ml/0.01 ml =120 skala (2x pemberian) 2. Alat dan bahan 1. Timbangan hewan 2. Spiut injeksi 3. Stopwatch 4. Gelas ukur 5. Corong 6. Kandang pengamatan uji diuretik 7. Sonde oral/kanulla 8. Furosemid 80 mg dalam 25 ml 9. Air hangat 1ml/25 g BB 3. Cara kerja 1. Timbang mencit 2. Hitung dosis furosemid dan air hangat yang akan diberikan 3. Mencit diberikan air hangat secara oral 4. Kemudian mencit disuntikkan i.p Furosemid atau lasix dengan dosis 80 mg 5. Masukkan mencit kedalam kandang pengamatan diuretic 6. Catat jumlah urin kumulatif setiap 30 menit selama 2 jam. Pembahasan : Pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat pruduksi urine meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat-zat berbahaya. Pada pratikum kali ini kami menggunakan mencit jantan sebagai hewan percobaan. Pada uji diuretik ini kami menggunakan obat furosemid injeksi dengan dosis 80 mg dalam 25 ml, obat disuntikkan secara intraperitonial . sebelumnya, mencit tersebut diberikan air hangat secara oral. Setelah disuntikkan, mencit langsung dimasukkan kedalam wadah uji diuretik. Mencit nomor enam dengan BB 50 g mulai berkemih pada menit ke 30 ( setengah jam setelah penyuntikan obat) dengan volume urin 0,5 ml, kemudian pada 30 menit kedua mulai berkemih lagi dengan volume 0,5 ml, namun pada menit salanjutnya mencit tidak lagi berkemih, begitu pula pada mencit nomor tujuh dengan BB 40 g, mencit ini hanya berkemih pada menit pertama dan kedua, masing-masing dengan volume 1ml dan 0,5 ml. Mencit nomor delapan dengan BB 30 g mulai berkemih 25 menit setelah penyuntikan obat, namun sama seperti mencit nomor enam dan tujuh, mencit ini hanya berkemih pada menit pertama dan kedua, masing-masing dengan volume 1 ml dan 0,2 ml . sementara mencit nomor Sembilan, dengan BB 40 g, mulai berkemih 20 menit setelah penyuntikan obat. Berbeda dengan mencit nomor enam, tujuh dan delapan, mencit nomor Sembilan berkemih sebanyak tiga kali, yaitu 20 menit pertama dengan volume 0,9 ml, beberapa menit kemudian mulai berkemih lagi dengan volume 0,3 ml, kemudian selang beberapa menit mulai berkemih lagi dengan volume 0,5 ml. Sementara mencit nomor sepuluh, sebagai control diberikan air hangat secara oral, sehingga mencit tersebut tidak berkemih. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mencit nomor sembilan lebih banyak mengeluarkan urin daripada mencit lainnya. Tetapi berdasarkan jumlah konsentrasi dosis obat seharusnya mencit nomor enam lebih banyak mengeluarkan urin, karena konsentrasi dosis obat untuk mencit nomor enam lebih tinggi. Dosis yang lebih besar berpengaruh terhadap kerja obat didalam tubuh. Selain itu berat badan juga mempengaruhi volume urin yang dikeluarkan. Namun disamping itu yang sangat mempengaruhi adalah jenis kelamin mencit itu sendiri. Mencit jantan lebih banyak mengeluarkan urin dibanding mencit betina . oleh karena itu kami menggunakan mencit jantan sebagai hewan percobaan. Namun hanya kelompok 9 saja yang menggunakan mencit jantan sebagai hewan uji. Sementara kelompok 6,7,8 menggunakan mencit betina. Sementara kelompok 10, menggunakan mencit betina namun hanya sebagai control diberikan air hangat secara oral, sehingga tidak menimbulkan efek. Selain itu, tidakefektifnya prosedur kerja yang dilakukan dapat juga mempengaruhi jumlah urin yang dikeluarkan. Missal pada saat penyuntikan, obat hanya masuk setengah dari dosis yang ditentukan, sehingga obat kurang efektif bekerja didalam tubuh mencit tersebut, sehingga sedikit mengeluarkan urin. Obat furosemid sebenarnya mulai menunjukkan efek pada menit ke 72, tetapi pengamatan yang di lakukan hanya sampai pada menit ke 60. Namun 30 menit setelah penyuntikan mencit mulai mengeluarkan urin, hal ini mungkin disebabkan karena efek dari stressnya mencit karena penyuntikkan yang sebelumnya di lakukan. Ini bisa dilihat dari tingkah laku mencit yang hanya diam di sudut kandang sambil menahan sakit akibat penyuntikan.
 DAFTAR PUSTAKA
 1. Anonymous. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2. Anonymous. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. G.katzung,B.1989.farmakologi dasar dan klinik edisi 3. Jakarta : EGC 4. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika obat edisi 5. Bandung : ITB

Jumat, 04 Mei 2012

terimakasih untukmu cinta

sudah terlalu lama hati ini sepi sendiri tanpa belaian kasih tanpa manjanya cinta hadirmu... berikan cerah di pudarnya hatiku berikan indah di berkaratnya sukmaku berikan langkah di diamnya waktuku bagai nafas yang tak berenti berembus bagai jantung yang tak berenti berdetak bagai darah yang tak berenti mengalir bagai nadi yang tak berenti berdenyut bahagia dan tak berenti bahagia karena hadirmu di dalam sangkar jiwa terima kasih untukmu cinta telah berikanku senyum dan tawa teruslah hadir dan terus ada membelaiku untuk mesrakan rasa ku berjanji demi cinta ini demi semua yang telah kau beri cinta ini tak kan pernah ku khianati sampai nanti, sampai waktu akan berenti..

jangan usai sampai usai

aku telah mampu masuk ke hatimu merasakan indahnya cinta dari sukmamu dan izinkan aku untuk selalu memahat namaku di dinding kalbumu dan kau pun telah mampu masuk ke dalam relung hatiku membelai manja rasaku menetaplah selalu karena ku nyaman denganmu dirimu ingin selalu ada di ceritaku cerita yang kan jadi nyataku bukan jadi bingkaian kenangan dan hentikan cerita indah ini tak ingin ada kegagalan lagi seperti yang pernah aku alami berharapdi atas cintamu menjadi t4 trakhir berlabuhnya cintaku telah banyak kuuntai kata sampai aku bingung tuk berbicara dan semua untaian hampr sama harapan kita agar bersama aku ingin akhir masaku bersama orang yang aku cinta yang sling sama sama suka dan bukan karena terpaksa aku dan kata kata indahku ini akan selalu ada untukmu dan bila tak kau keberatan biarkan aku dan coretanku ini untuk hadir di setiap engkau membuka mata sebagai penghadir senyum dan tawa dan membuat hari harimu lebih berwarna kasih, biarkan aku bersamamu tanpa ada kata usai biarkan kisah kita ini lama sampai dunia ini akan usai..

Selasa, 24 April 2012

pengaruh cara pemberian terhadap absorbsi obat

tujuan praktikum : Mengetahui pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat 
. Absorbsi obat kedalam tubuh Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Obat baru dapat berkhasiat apabila mencapai konsentarasi yang sesuai pada tempat kerjanya. Absorbsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi. Kecepatan absorbsi terhadap jumlah yang diberikan tergantung pada banyak faktor yaitu : 1. kelarutan obat berdasarkan sifat fisika kimia bahan obat 2. kemampuan obat untuk berdifusi melintasi sel membran 3. konsentrasi obat berdasarkan dosis obat 4. sirkulasi darah pada tempat absorbsi 5. luas permukaan kontak obat dengan organ yang mengabsorbsi 6. bentuk sedian obat 7. rute pemberian obat dan tempat pemberian obat Farmakokinetik Farmakokinetik adalah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Proses sejak obat diberikan sampai timbulnya efek terapeutik disebut proses farmakokinetik. DIAZEPAM Diazepam adalah golongan BENZODIAZEPIN, disamping sebagai antiansietas juga bermanfaat sebagai antikonvulsi terutama untuk epilepsi. Diazepam bekerja pada sistem limbik, talamus dan hipotalamus yang dapat menimbulkan efek penenang. Penggunaan Diazepam (Valium) adalah : pramedikasi, amnesia, sedatif/hipnotik, obat induksi, relaksasi otot rangka, antikonvulsan, pengobatan penarikan alkohol akut dan serangan panik. Efek samping berat dan berbahaya yaitu obstruksi saluran nafas oleh lidah akibat relaksasi otot, depresi nafas sampai henti nafas, hipotensi, henti jantung dan kantuk. Farmakokinetik Diazepam Bila digunakan untuk mengobati ansietas atau kelainan tidur, maka obat kelas ini biasanya diberikan peroral. Kecepatan absorbsi oral hipnotik-sedativa berbeda tergantung atas sejumlah faktor. Obat basa lemah seperti Benzodiazepin diabsorbsi paling efektif pada pH lebih tinggi yang ditemukan dalam duodenum. Dalam lambung (pH 1-2) obat asam lemah tidak terionisasi serta karena ia larut dalam lipid, maka biasanya diabsorbsi cukup cepat ke dalam darah. Diazepam lebih larut dalam lipid sehingga efek susunan saraf pusat obat terakhir lebih lambat mulainya. Obat ini terikat pada protein plasma yaitu albumin berkisar antara 80% dan 97%. Karena hanya molekul obat bebas (tidak terikat) yang telah memasuki susunan saraf pusat, maka perpindahan obat hipnotik-sedativa dari tempat pengikatan plasma oleh obat lain dapat mengubah efeknya. Tetapi sangat sedikit interaksi yang terjadi didasarkan atas kompetisi bagi tempat pengikatan umum di protein plasma. Diazepam dimetabolisme terutama di hati menjadi dismetildiazepam, ia juga diubah menjadi temazepam yang sebagian dimetabolis lebih lanjut ke oksazepam. Benzodiazepin metabolit aktifnya mempunyai waktu paruh yang lama, lebih mungkin menyebabkan efek kumulatif dan efek sisa seperti ngantuk berlebihan. Metabolit benzodiazepin dan hipnotik-sedativa lain yang larut dalam air dieskresikan terutama melalui ginjal. Struktur Bangun Diazepam Diazepam (C16H13ClN2O) (7-klor-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4 benzoldiazepin-2 on) Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampit tidak berbau, rasa mula-mula tidak mempunyai rasa, kemudian pahit. Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P. Cara Penyuntikan 1. Per oral (p.o) Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat (misalnya: alkohol dan aspirin) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorbsi sebagian besar melalui usus halus. Absorbsi obat melalui usus halus, pengukuran yang dilakukan terhadap absorbsi obat baik secara in vivo maupun secara in vitro, menunjukan bahwa mekanisme dasar absorbsi obat melalui usus halus ini adalah secara transfer pasif dimana kecepatan obat ditentukan oleh derajat ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut. Pemberian obat peroral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorbsi di saluran cerna). Selain itu, efek yang timbul dari pemberian obat ini relatif lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika obat berasa pahit. 2. Intraperitoneal (i.p) Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat karena rongga peritoneum mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini banyak digunakan di laboratorium pada hewan uji, tetapi tidak digunakan pada manusia karena bisa berbahaya. Pada percobaan ini dilakukan dua cara pemberian yaitu peroral dan intraperitonial. Kecepatan absorbsi obat berbeda pada masing-masing cara pemberian sehingga dapat menunjukan keefektifan obat tersebut. Kami menggunakan mencit (Mus musculus) sebagai hewan uji karena disamping harganya yang ekonomis (relative murah dibandingkan hewan uji lain), dapat juga dilihat keekonomisan jumlah diazepam yang diberikan. Selain itu mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Pada percobaan ini kami menggunakan diazepam yang sifatnya larut dalam lemak. Adapun dosis diazepam yang digunakan 2 mg. Obat ini akan mencapai MEC (Minimal Effective Consentration) tertinggi sehingga mencit akan tertidur dan akan bangun lagi karena secara farmakokinetik golongan obat benzodiazepin yaitu diazepam itu larut dalam lemak. Saat keadaan plasma meningkat, obat dilepaskan sehingga mencitnya tidur, tetapi saat keadaan plasma menurun, obat tetap tertimbun dalam lemak sehingga mencitnya bangun begitu seterusnya. Berdasarkan data pada tabel hasil pengamatan, mencit nomor enam dan tujuh meskipun perlakuannya sama (intraperitonial), namun onset dan durasi pada mencit tersebut berbeda . hal ini mungkin disebabkan karena volume penyuntikan dan berat badan mencit yang berbeda . mencit nomor enam memiliki onset yang lebih cepat dan durasi yang lebih lama dibandingkan mencit nomor tujuh . Mencit nomor delapan dan sembilan, memiliki perlakuan yang sama (diberikan obat secara oral), namun mencit nomor sembilan tidak mengalami onset dan durasi obat, karena mencit tersebut tidak tidur, hewan uji tersebut hanya tenang beberapa saat. hal ini mungkin disebabkan karena ketika pemberian obat, ada sebagian obat yang tumpah sehingga mengakibatkan berkurangnya volume penyuntikan, sehingga efek yang diinginkan tidak tercapai. Sementara mencit nomor Sembilan, diberikan aquadest sebagai control. Seharusnya mencit tersebut tidak tidur, namun pada kenyataanya pada percobaan ini mencit tersebut tidur. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi fisiknya yang tidak sehat. Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat (SSP) yang berperan sebagai fungsi biologik. Tidur ini dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut : 1. Tidur tenang atau non-REM Tidur ini disebut juga Slow Wave Sleep (SWS) atau NREM (Non Rapid Eye Movement). Ciri tidur tenang adalah denyut jantung, tekanan darah dan pernafasan teratur, otot kendor tanpa gerakan otot muka atau mata. Tidur NREM ini berlangsung lebih kurang 1 jam dan berisi empat tahap tidur yaitu tahap pertama yang merupakan tidur ringan hanya memakan waktu lima persen dari keseluruhan tahap. Tidur tahap kedua menunjukkan tahap yang paling penting, yang menghabiskan waktu lima puluh persen. Pada tidur tahap keempat frekuensi gelombang hanya tiga putaran per detik. Pada tahap ketiga dan keempat keduanya disebut gelombang tidur yang pelan. 2. Tidur REM (Rapid Eye Movement) atau paradoksal Pada tidur REM, otak memperlihatkan aktivitas listrik yang sama dalam keadaan bangun dan aktif disertai gerakan mata yang cepat, jantung, tekanan darah dan pernafasan turun naik, aliran darah ke otak bertambah. Tidur REM disebut tidur mimpi dan berlangsung mula-mula 5-15 menit kemudian baru 20-30 menit. Apabila tidur REM terintangi dan menjadi lebih singkat dapat menimbulkan gangguan psikis dan gangguan kesehatan. Salah satu gangguan psikis yang sering dialami adalah gangguan tidak bisa tidur atau insomnia. Cara pemberian dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang berpengaruh juga terhadap onset dan durasi. Onset adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk menimbulkan efek mulai obat itu diberikan. Biasanya onset yang paling cepat dan terpendek adalah intraperitonial daripada peroral. Hal ini terjadi karena intraperitoneal banyak memiliki pembuluh darah sehingga obat langsung masuk ke pembuluh darah. Selain itu juga karena tidak ada faktor penghambat sehingga dengan segera dapat menimbulkan efek. Sedangkan pada pemberian per oral, obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai reseptor. Obat memerlukan proses absorbsi, setelah obat masuk mulut, obat akan masuk lambung melewati kerongkongan. Didalam lambung obat mengalami ionisasi kemudian diabsorbsi oleh dinding lambung, setelah itu baru masuk kedalam peredaran darah, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk berefek. Pada pemberian melalui saluran cerna banyak terdapat faktor penghambat, salah satunya seperti protein plasma. Durasi adalah waktu yang diperlukan obat mulai dari obat berefek sampai efek hilang. Durasi dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah dalam waktu tertentu. Adapun durasi yang paling cepat dan terpendek biasanya peroral daripada intraperitonial. Hal ini terjadi karena per oral melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan melewati banyak fase seperti perombakan dihati menjadi aktif dan tidak aktif. Semakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan turun sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan durasinya pendek. Selain itu banyak faktor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat lebih cepat. Sedangkan pada pemberian secara intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah. Obat dengan kadar tinggi dimetabolisme serempak dan akan berikatan dengan reseptor sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat karena setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor. Jadi, cara pemberian obat yang baik yaitu bila onset yang dihasilkan cepat dan durasi dalam obat lama. Berdasarkan data pengamatan dapat dilihat bahwa onset dan durasi memiliki perbedaan sesuai dengan cara pemberian. Adanya perbedaan antara onset dan durasi dari tiap-tiap cara pemberian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal :  Kondisi hewan uji, dimana masing-masing hewan uji sangat bervariasi yang meliputi produksi enzim, berat badan dan luas dinding usus serta proses absorbsi pada saluran cerna.  Faktor teknis yang meliputi ketetapan pada tempat penyuntikan dan banyaknya volume pemberian diazepam pada hewan uji. Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa, masing-masing cara pemberian memiliki keuntungan dan kerugian. Pada pemberian secara peroral, keuntungannya adalah mudah pemberiannya dan lebih aman sedangkan kerugiannya adalah efeknya lama karena melalui saluran cerna dan bisa terjadi inaktivasi obat dihati. Pada pemberian secara intraperitonial, keuntungannya adalah efek yang dihasilkan sangat cepat sedangkan kerugiannya adalah memiliki resiko yang sangat besar karena obat tidak dapat dikeluarkan bila terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
 1. Anonim. 2011. Pengaruh Cara Pemberian Terhadap Absorbsi Obat. http://gaulbarengfarmasi.wordpress.com/2011/07/08/pengaruh-cara-pemberian-terhadap-absorbsi-obat/. Diakses tanggal 5 Maret 2012.
 2. Elly, Ella. 2011. Pengaruh Cara Pemberian Terhadap Absorbsi Obat. http://marermurer.blogspot.com/2011/04/pengaruh-cara-pemberian-terhadap.html. Diakses tanggal 5 Maret 2012.
3. Anonim. 1997. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia 4. Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Buku Ajar Edisi Kelima. Bandung : ITB.
 5. Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4 (Dengan Perbaikan). Jakarta : Universitas Indonesia.
 6. Aisyah, 2009, farmakokinetika, http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/01/15/farmakokinetika/ diakses tanggal 12 maret 2012 .

Sabtu, 19 November 2011

sejarah dan perkembangan mikrobiologi

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros=kecil, bios=hidup dan logos=ilmu.

Teori abiogenesis dan biogenesis

Ada yang menduga bahwa jasad renik itu muncul akibat dekomposisi jaringan tumbuhan atau hewan yang mati. Dengan kata lain, mereka mengira bahwa makhuk hidup berasal dari bahan mati yang mengalami penghancuran, konsep ini dikenal sebagai abiogenesis (abio: tidak hidup, genesis: asal). Teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.

Pendukung teori abiogenesis:
1. Anthoni van leeuwenhoek (1632-1723)
 Berpendapat bahwa mikroorganisme berasal dari benda mati.
 Berdasarkan penemuan adanya jentik-jentik pada air hujan dan rendaman air jerami, sehingga berpendapat bahwa jentik-jentik itu berasal dari air.

2. John Needham (1713-1781)
 Tumbuhnya mikroorganisme pada air rebusan daging sehingga berpendapat bahwa mikroorganisme berasal dari air rebusan daging.
 Percobaannya
Dengan merebus daging, kemudian air kaldu disimpan dalam keadaan terbuka. Setelah beberapa hari terlihat air kaldu menjadi keruh karena adanya mikroorganisme.
Pembuktian ketidakbenaran teori abiogenesis
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang-orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain:

Francesco Redi (1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani (1729-1799), dan Louis Pasteur (1822-1895).
Berdasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini akhirnya paham abiogenesis/generasi spontan menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

A. Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)


Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga stoples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:

dengan menggunakan beberapa stoples, yaitu:
Stoples I
 Diisi dengan daging kemudian ditutup rapat sehingga tidak berhubungan dengan udara.
 Setelah beberapa hari tidak ditemukan larva(benda hidup.

Stoples II
 Diisi dengan daging kemudian ditutup dengan kain kasa( dapat berhubungan dengan udara)
 Setelah beberapa hari tidak ditemukan larva(lalat tidak dapat masuk karena terhalang kain kasa)

Stoples III
 Diisi dengan daging dan dibiarkan terbuka sehingga dapat berhubungan dengan udara luar
 Setelah beberapa hari ditemukan larva, karena lalat dapat masuk.

 Kesimpulan:
Larva(suatu kehidupan) bukan berasal dari daging(benda mati), tetapi berasal dari lalat yang masuk dan bertelur pada daging.


B. Percobaan Lazzaro Spallanzani(1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan nya lebih sempurna.Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba dari udara kedalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.



C. Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang ada di udara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai ke permukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa waktu air kaldu menjadi keruh, karena adanya pembusukan oleh mikroorganisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidakbenaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis.
Teori ini menyatakan:
 Omne vivum ex ovo : setiap makhluk hidup berasal dari telur
 Omne ovum ex vivo : setiap telur berasal dari makhluk hidup
 Omne vivum ex vivo : setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.



 Perkembangan mikrobiologi
Mengenai perkembangan mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi maju dengan pesatnya karena hal-hal berikut:
1) Penemuan serta penyempurnaan mikroskop
2) Tumbangnya teori abiogenesis
3) Keyakinan orang-orang bahwa pembusukan disebabkan oleh bakteri
4) Bukti yang menunjukkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh bibit penyakit

si postulat Koch adalah:

• Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
• Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.
• Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat.
• Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut
Kelemahan: tidak semua bakteri dapat di lakukan biakan murni